Senin, 21 Oktober 2013

Bisnis Waralaba Taman Kanak Kanak Alternatif

Profil Pengusaha Rahmi Salviviana 



Niatnya membantu kebutuhan keluarga berbuah manis. Melalui ketekunan serta kemampuan melihat peluang, Rahmi Salviviana sukses berbisnis di bidang pendidikan. Dia yang berdomisili di Pekanbaru, Riau, melihat bahwa bisnis taman kanak- kanak sangat menjanjikan. Berbekal pengalaman pribadi, ia kini merubah arah hidupnya menjadi lebih baik. Vivi merintis usahan ini semenjak tahun 2008. Saat itu, ia menggunakan merek waralaba lokal.

Dia dulu bekerja sebagai frenchiser atau pengguna waralaba milik orang lain; itu bukan lah miliknya. Setelah dua tahun, ia akhirnya memberanikan diri membuka merek bisnis sendiri, namanya Alifa Kids, fokus pada pendidikan anak usia dini. Sekolah ini mempersentasikan visinya; amanah, loyal, integritas, fatonah, cerdas, adil, kerja sama, inisiatif, disiplin, dan santun. Ia selalu berharap anak- anak didiknya di TK Alifa Kids menjadi anak pintar dan siap masuk SD.

Baca juga: https://sejasaku.net/jasa-pembuatan-taman-di-makassar/

Lulusan hubungan internasional Universitas Riau ini mengaku, bisnisnya berawal dari keinginan membantu keluarga. Saat itu, ia sendiri mempunyai seorang putri berumur empat bulan belum masuk TK. Vivi ingin agar tetap produktif sekaligus mendidik putrinya sendiri.

Melalui Alifa Kids, ia ingin membantu orang tua yang memiliki keterbatasan waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. Fokusnya tidak hanya Intelligence Quote (IQ), tapi bagaimana pembentukan karakter. Kesuksesan menurut Vivi 85% -nya berasal dari karakter anak itu sendiri. Dengan fokus dan konsep matang, Alifa Kids mendapatkan berbagai penghargaan. Kini Alifa Kids memiliki lebih dari 350 siswa, dimana tiap bulannya berbeda- beda.

Vivi menyediakan dua jenis pendidikan dan keduanya memiliki biaya berbeda. Untuk siswa setengah hari, orang tua membayar Rp.375.000 dan siswa satu hari penuh membayar Rp.800.000. Alifa Kids mengambil biaya tahunan Rp.4 juta- 5 juta. Usaha ibu 30 tahun in mendapatkan penghargaan Honda Youth Start Up tingkat regional dan nasional oleh Mark Plus. Bank Mandiri kemudian menghantarkan Vivi sebagai finalis nasional di Wirausaha Muda Mandiri.

Alifa Kids total memiliki 60 pegawai dibawah Alifa Management. Ia mendorong pegawainya selalu mandiri bahkan mendorong mereka berwirausaha. Mereka, pegawai Alifa Kids, sepulang mengajar mereka akan sibuk menjalankan usaha kelompok; seperti berjualan pakaian.

Wirausahawan mandiri


Rahmi Salviviani mengaku merintis bisnisnya di tahun 2008 dengan modal terbatas. Ia kala itu meminjam uang dari beberapa saudara hingga terkumpul 50 juta. Tapi, modal usaha tersebut tidak lah bertahan lama meski bisnis telah berjalan. Vivi pun memutar otak, meminta suaminya ikut membantunya hingga keluar dari pekerjaannya. Mereka berdua menjalankan bisnis tersebut bersama. Hasil Alfia Kids di awal digunakan guna balik modal, diputar kembali mengembangkan bisnisnya lebih lagi.

Mereka pun tidak segan mengikuti beberapa seminar kewirausahawan pendidikan. "Investasi terbesar kami adalah mengikuti seminar pelbagi," tuturnya. Kendati telah mendapatkan banyak pengetahuan terbukti tidak menjamin tidak adanya halangan.

Halangan itu pasti ada, membuat bisnisnya menjadi lebih baik. Yang terpenting adalah sumber daya manusia, ia tidak menganggap sepele hal tersebut. Vivi bahkan mengadakan pelatihan untuk pengajar baru. Melalui Alifa Management mencoba membentuk pribadi yang mampu membentuk pribadi siswa, serta memiliki jiwa kewirausahawan. Ia bahkan mengajarkan pegawainya sehingga mereka berbisnis setelah mengajar; seperti berjualan pakaian.

Sukses bisnis pendidikan usia dini, Vivi berencana merambah bisnis sekolah dasar. Ia berencana membuka beberapa sekolah dasar di Pekanbaru. Untuk TK sendiri, ia berharap untuk masuk lebih dalam ke penjuru Indonesia. Beberapa orang telah menawarinya berwaralaba tetapi tidak untuk sekarang- sekarang; ia merasa membutuhkan persiapan.

"Pada dasarnya, saya tidak mau merugika pihak yang tertarik untuk bermitra atau menjadi franchise Alifa Kids," ungkapnya. Sembari menuggu kesiapan, ia telah bergerak membangun sekolah dasar di Pekanbaru. Dia memperkirakan terbangun dua sampai tiga tahun lagi. Ia juga menyebut tidak boleh tergesa- gesa dalam hal berekspansi.

"Godaan untuk masuk sektor usaha lain seringnya menjadi "racun" bagi sebagian besar pengusaha terutama pemula," tuturnya. Ia yakin beberapa pengusaha gagal karena melihat bisnis lain. Dia juga percaya selalu menganggap pegawainya sebagai mitra. Oleh karena itu, sekolah harus menghargai jasa gurunya makanya bisnis tidak instant.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar